KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN
Oleh
Majdi As-Sayyid Ibrahim
عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ
: عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا
مَرِيْضَةً، فَقَالَ : اَبْشِرِىْ يَا
أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ
يُذْ هِِبُ اللَّهُ بِهِ
خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ
النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ
“Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :”Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata.
‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu
membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang
menghilangkan kotoran emas dan perak”. [1]
Wahai Ukhti Mukminah !
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam
kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau
suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah
akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa
menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan
adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu
anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar
Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu
engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan
mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman
Allah.
وَمِنْ آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي
الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ إِن يَشَأْ يُسْكِنِ
الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهْرِهِ
ۚ إِنَّ فِي
ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ
“Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal
(yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia
akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan
laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya
bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”. [Asy-Syura : 32-33]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang
yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
وَالصَّابِرِينَ
فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah
orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran :
146]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya
dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
وَلَنَجْزِيَنَّ
الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan”. [An-Nahl : 96]
نَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم
بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. [Az-Zumar : 10]
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari
kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar.
Firman Allah.
وَالْمَلَائِكَةُ
يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ
بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا
صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ
عُقْبَى الدَّارِ
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari
semua pintu, (sambil mengucapkan) :’Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu” [Ar-Ra’d : 23-24]
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang
sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan orang mukmin
selalu dalam keadaan yang baik ?.
Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sungguh menakjubkan urusan orang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan,
maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka
dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”. [2]
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman
yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan
yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan
kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini.
“Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata.
‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras
cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang
pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya
merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam
agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan
menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan
tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya”.[3]
“Dari Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata.
‘Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang
demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas
ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.’Wahai Rasulullah, alangkah
kerasnya sakit ini pada dirimi’. Beliau berkata :’Begitulah kami (para nabi).
Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku
bertanya.’Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?.
Beliau menjawab. ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa
lagi?. Beliau menjawab.’Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di
antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara
mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan,
apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan,
sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan”. [4]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Cobaan tetap akan menimpa atas diri
orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah
dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun”. [5]
Selagi engkau bertanya :”Mengapa orang mukmin tidak menjadi
terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?”.
Dapat kami jawab :”Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang
Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan
tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat
membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud pernah
berkata.”Aku memasuki tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau
sedang demam, lalu aku berkata.’Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh
menderita demam yang sangat keras’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.”Benar.
Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam”.
Abdullah bin Mas’ud berkata.”Dengan begitu berarti ada dua
pahala bagi engkau ?”
Beliau menjawab. “Benar”. Kemudian beliau berkata.”Tidaklah
seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya,
melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu,
sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. [6]
Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu
anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda. “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga
kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni
kesalahan-kesalahannya”. [7]
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran
dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang
mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari
sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi
orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala.
Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. “Kehidupan yang paling
baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran”. Maka
andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah
dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.
Perhatikanlah riwayat berikut ini.
“Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. “Ibnu Abbas pernah
berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga
.?. Aku menjawab. ‘Ya’. Dia (Ibnu Abbas) berkata. “Wanita berkulit hitam itu
pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya
berkata.’Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi
diriku. Beliau berkata.’Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar
dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo’a sendiri
kepada Allah hingga Dia memberimu afiat’. Lalu wanita itu berkata. ‘Aku akan
bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka
berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka’. Maka beliau
pun berdoa bagi wanita tersebut”. [8]
Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar
menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engka
ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara
jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji
kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.
Dari Anas bin Malik, dia berkata.”Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sesungguhnya Allah
berfirman.’Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya
lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga” [9]
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan
menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar
seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata
kepadanya.”Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang
yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?”
Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :”Barangsiapa yang
mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya”.
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit
kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran
penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan
kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata.
“Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah,
menyembunyikan merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan
menyembunyikan sakit”.
Ukhti Muslimah !
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah
Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah berkata.’Temanku pernah memberitahukan
kepadaku seraya berkata.’Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku
kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata.’Wahai anak
saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang
engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan.
Kalau dia seorang teman, berarti engkau berduka dan tidak
bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira
karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,’sambil menunjuk ke arah
matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun,
tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah
memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar
perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :”Sesungguhnya hanya kepada Allah
aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai
tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah
penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”.
[Al-Aqdud-Farid, 2/282]
Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah
menetapkan suatu taqdir,maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai
taqdir-Nya”. [Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125]
Perbaharuilah imanmu dengan lafazh La ilaha illallah dan
carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah
sekali-kali engkau katakan :”Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala
menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.
[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya
Ar-Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh
Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang Majdi
As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka Al-Kautsar]
_______
Footnote
[1]. Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092
[2]. Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud
[3]. Isnadnya shahih,ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor
1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172
[4]. Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim
4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby
[5] Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor
2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346,
dishahihkan Adz-Dzahaby
[6]. Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127
[7]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130
[8]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131]
[9]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalamAth-Thibb. Menurut
Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang
dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling
dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang,
sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang. dan tidak
dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya
Sumber:
https://almanhaj.or.id/222-keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan.html