Sesungguhnya kita hidup di jaman yang penuh dengan fitnah. Fitnah berupa kekafiran, kemunafikan, ataupun kebid’ahan dan kemaksiatan. Satu fitnah belum selesai tiba-tiba datang fitnah yang baru. Sementara fitnah itu turun bagaikan derasnya curahan air hujan yang membasahi sudut-sudut pemukiman. Terkadang ia datang secara bergelombang bagaikan ombak lautan. Sehingga membuat kaum muslimin bagaikan sampah yang diseret oleh aliran air, tidak jelas arahnya. Terombang-ambing ke sana kemari. Ketika fitnah ini muncul di permukaan, hanya diketahui oleh segelintir manusia yaitu ahli ilmu, sedangkan kebanyakan manusia baru menyadarinya setelah fitnah itu berkecamuk dan membara di mana-mana.
Fitnah-fitnah itu muncul dari dua sumber utama yaitu dari godaan hawa nafsu dan kerancuan pemikiran alias syubhat. Fitnah yang pertama menyerang pada kekuatan hati manusia untuk konsisten di atas jalan yang lurus. Sedangkan fitnah yang kedua menyerang pada kekuatan hati manusia untuk terus mencari kebenaran yang sesungguhnya. Oleh sebab itulah, setiap muslim diajarkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah pada setiap roka’at sholatnya, “Ya Allah, tunjukilah kepada kami jalan yang lurus.” Sedangkan hakikat jalan yang lurus itu adalah mengetahui kebenaran dan melaksanakannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 39). Dengan kata lain, kunci keberhasilan untuk mengatasi fitnah-fitnah yang ada adalah dengan mengendalikan dua buah kekuatan, yaitu kekuatan ilmiyah nazhariyah (ilmu dan pemahaman) dan kekuatan amaliyah iradiyah (amal dan tekad). Semakin sempurna kemampuan seseorang dalam menggunakan kedua kekuatan ini maka semakin sempurna pula kebahagiaan hidupnya (lihat al-Fawa’id, hal. 20). Dua hal ini tergabung di dalam sabar dan keyakinan, terjalin di dalam iman dan keistiqomahan.
Berpegangteguhlah dengan agamamu!
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi [2260] di dalam Kitab al-Fitan, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [957]). Maka di saat-saat seperti sekarang ini ketika banyak orang yang tenggelam dalam pemuasan hawa nafsu tanpa mempedulikan rambu-rambu agama dan sebagian lagi terseret oleh arus pemikiran yang menyimpang dari jalan yang lurus, maka tidak selayaknya kaum muslimin ikut-ikutan hanyut di dalamnya.
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi [2260] di dalam Kitab al-Fitan, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [957]). Maka di saat-saat seperti sekarang ini ketika banyak orang yang tenggelam dalam pemuasan hawa nafsu tanpa mempedulikan rambu-rambu agama dan sebagian lagi terseret oleh arus pemikiran yang menyimpang dari jalan yang lurus, maka tidak selayaknya kaum muslimin ikut-ikutan hanyut di dalamnya.
Di antara jalan keluar dari berbagai macam fitnah yang ada ini adalah :
- Senantiasa bertakwa kepada Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan berikan baginya jalan keluar.” (QS. at-Thalaq : 2). Allah ta’ala menjanjikan, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan berikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. at-Thalaq : 4)
- Bertawakal kepada Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupinya.” (QS. at-Thalaq : 3).
- Bersungguh-sungguh dalam mencari kebenaran. Allah ta’ala menjanjikan, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di dalam mencari keridhoan Kami niscaya Kami akan tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut : 69).
- Membersihkan diri dari segala bentuk kesyirikan dan kezaliman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. al-An’aam : 82)
- Patuh kepada syari’at Rasul dan tidak melenceng darinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi perintahnya, karena mereka akan tertimpa fitnah (penyimpangan) atau tertimpa azab yang sangat pedih.” (QS. an-Nuur : 63)
- Bertanya kepada ahli ilmu untuk mengatasi masalah umat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS. an-Nahl : 43)
- Kembali kepada bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik bagi kalian dan lebih bagus hasilnya.” (QS. an-Nisaa’ : 59)
- Senantiasa mengingat Allah dan mensyukuri nikmat-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku jangan sekali-kali kalian ingkar.” (QS. al-Baqarah : 152)
- Menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaknya ada sekelompok orang di antara kalian yang mengajak kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali Imran : 104)
- Bertaubat dari segala kesalahan. Allah berfirman (yang artinya), “Bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung.” (QS. an-Nuur : 31)
- Mengikuti pemahaman para sahabat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka apabila mereka beriman sebagaimana apa yang kalian imani (sahabat) sungguh mereka telah mendapatkan hidayah.” (QS. al-Baqarah : 137)
- Senantiasa berdoa kepada Allah agar dibimbing menuju keridhoan-Nya. Di antara doa yang diajarkan kepada kita adalah ‘Rabbanaa laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana, wa hablana min ladunka rahmah, innaka antal wahhab (Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau memberikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami kasih sayang dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau lah Dzat Yang Maha Pemberi karunia) (lihat QS. Ali Imran : 8)
- Mendasari ucapan dan tindakan dengan ilmu. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu pasti akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isro’ : 36)
- Berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasik dengan membawa berita maka telitilah terlebih dahulu kebenarannya…” (QS. al-Hujurat : 6)
Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat, dan semoga Allah berkenan melimpahkan taufik-Nya kepada kita untuk istiqomah di atas jalan-Nya hingga ajal tiba. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.